Spektrum tersebar (spread spectrum) adalah sebuah metode komunikasi dimana semua sinyal komunikasi disebar di seluruh spektrum frekuensi yang tersedia. Lebarnya pita frekuensi yang digunakan, tergantung kepada teknolgi yang digunakan.
Teknologi komunikasi Generasi Ketiga (3G) dan Generasi Keempat (4G)
dan seterusnya, menggunakan metode spektrum tersebar. Pada saat ini ada
dua cabang teknologi spektrum tersebar di dalam 3G, yaitu: Wideband
CDMA (W-CDMA) dan CDMA
2000 1xEV-DO (CDMA: Code Division Multiple Access, EV-DO: EVolution
Data Optimized). W-CDMA (atau dikenal juga dengan UMTS - Universal
Mobile Telephony System) adalah pengembangan dari teknologi GSM yang
dipelopori oleh 3G Partnership Project [1] sedangkan CDMA2000 dipelopori oleh 3GPP2 [2].
Dalam W-CDMA digunakan spektrum sebesar 5Mhz untuk satu kanal frekuensi pembawa (frequency carrier), sedangkan pada CDMA 2000 digunakan pita selebar 1,25 Mhz.
CDMA2000 1xRTT berarti teknologi tersebut menggunakan satu buah kanal
selebar 1,25 Mhz dan CDMA2000 3xRTT berarti menggunakan tiga kanal
dengan lebar masing-masing sebesar 1,25 Mhz. Sedangkan RTT adalah
singkatan dari Radio Transmission Technology. Kedua teknologi (W-CDMA
dan CDMA) tidak saling kompatibel, yang berarti pengguna W-CDMA tidak
bisa mendapatkan layanan di CDMA. Bahkan dalam implementasi praktisnya,
kedua teknologi ini sesungguhnya bersaing.
Keuntungan pertama penggunaan spektrum tersebar, terutama dibandingkan
dengan metode TDMA pada GSM adalah kemampuannya untuk kebal jamming, sehingga sangat sulit untuk dicuri-dengar oleh orang lain. Dan bila pun pada tingkat frekuensi radio bisa dilakukan jamming, komunikasi yang terjadi tetap tidak bisa diketahui karena sinyal sudah 'terenkripsi' pada saat terjadinya pengkodean. Jamming dapat dilakukan bila kita mengetahui timeslot dan/atau frequency slot pada saat terbentuknya sebuah komunikasi.
Keuntungan kedua dari teknologi spektrum tersebar adalah penggunaan
frekuensi yang sama. Dengan metode ini, dalam satu buah sel (yang
biasanya terdiri atas 3 sektor) tidak perlu melakukan manajemen
frekuensi dan dapat menggunakan frekuensi yang sama. Sebagai
kebalikannya, pada teknologi GSM, setiap sektor di dalam sebuah sel
harus menggunakan frekuensi yang berbeda. Sebuah BTS (Base Transciever
Station) membentuk sebuah sel dimana di dalam sel tsb ada 3 (tiga)
sektor yang dikenal sebagai sektor alpha (α), sektor beta (β) dan sektor
gamma (γ). Dalam setiap sektor tersedia ratusan communication resource yang disebut Kode. W-CDMA menggunakan Orthogonal Vector Spreading Factor (OVSF) sedangkan CDMA 2000 menggunakan Walsh Code sebagai metode pengkodean.
Dalam metode spektrum tersebar, setiap sektor dibedakan dengan Pseudorandom Number (PN), biasa dikenal dengan PN Offset. Sebuah mobile station
(MS) yaitu terminal yang digunakan oleh pelanggan (dapat berupa
perangkat genggam atau pun perangkat berbasis PCMCIA yang digunakan
untuk notebook), akan melakukan perhitungan matematis yang disebut konvolusi
untuk bisa mencari MS dengan nilai terbaik. Secara teoritis, nilai
konvolusi antara sebuah sektor dengan MS adalah 1 (satu). Namun tentu
saja, secara praktikal tidak demikian. Dalam praktikalnya, dicari nilai
konvolusi yang mendekati 1. Salah satu sifat dari spektrum tersebar
adalah sikap 'diskriminatif'. BTS lebih memilih untuk melayani MS yang
memiliki nilai konvolusi terbaik dan 'membiarkan' MS lain yang nilai
konvolusinya lebih buruk.
Throughput yang Lebih Besar
Sebuah koneksi MS-BTS dalam sebuah sesi, minimal memiliki 1 (satu) buah Kode Fundamental; dan bila MS menginginkan throughput yang lebih tinggi maka dapat memintan Kode Tambahan melalui SCAM (Supplemental Code Assignment Message) ke BTS yang bersangkutan. Penambahan kode ini biasanya bersifat sementara dan sangat cepat waktu penggunannya (skalanya hanya beberapa detik). Pada Gambar 4, terlihat sebuah MS sedang dilayani oleh sektor PN=292 dan mendapat 4 (empat) buah Walsh Code sebagai kanal komunikasi. CDMA2000 memberikan kecepatan akses sebesar 153 Kbps, sehingga dikategorikan teknologi 2,5G.
Dalam sebuah sektor terdapat ratusan Kode sebagai sumber daya (resource) komunikasi yang bisa digunakan. Satu kode merepresentasikan satu kanal sebesar 9,6 Kbps, namun setting ini pun tergantung kepada operator. Bila pada suatu ketika, sebuah MS membutuhkan throughput yang lebih besar (misal, saat browsing), maka MS akan meminta tambahan kode ke BTS dan throughput meningkat. Bila tidak dibutuhkan lagi, tambahan kode ini akan 'dilepas' dan dapat digunakan untuk pelanggan lain.
Masalah-masalah yang biasa timbul sebagai konsekuensi dari implementasi teknologi ini adalah:
- Pengkerutan sel (cell breathing).
- Polusi sinyal pilot (pilot pollution).
Untuk mengatasi masalah ini, operator harus melakukan optimasi secara reguler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar